Sabtu, 12 Maret 2011

Pengalaman Ruh


Allah berfirman :
اللهُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ ثُمِّ رَزَقَكُمْ ثُمَّ يُمِيْتُكُمْ ثُمَّ يُحْيِيْكُمْ
“Allahlahyang menciptakan kalian, kemudian memberi kalian rezeki, kemudian mematikan kalian, kemudian menghidupkan kalian…”(QS Ar Rum : 40)
Kematian merenggut ruh lalu meletakkannya di ‘illiyyin (surge) atau sijjin (penjara). Disana arwah dikumpulkan sampai hari yang dijanjikan. Arwah  orang yang beriman berada dalam kenikmatan dan kebahagiaan, sedangkan arwah orang kafir, munafik dan durhaka kepada Allah berada dalam siksa yang pedih, kesusahan dan kesedihan.
 Mati itu seperti tidur, sebagaimana firman Allah :
اللهُ يَتَوَفَّى اْلأَنْفُسُ حِيْنَ مَوْتِهَا وَالَّتِيْ لَمْ تَمُتْ فِيْ مَنَامِهَا فَيُمْسِكُ الَّتِيْ قَضَي عَلَيْهَا الْمَوْتَ وَيُرْسِلُ اْلأُخْرَى اِلَى أَجَلٍ مُّسّمَّى
“Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati dalam tidurnya, maka Ia tahan jiwa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya, dan Ia lepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditentukan" (QS Az Zumar : 42)
Dalam tidur, orang sering memperoleh kesan yang kuat dari hal-hal yang ditemuai ruhnya. Orang yang lali, menentang dan berbuat kerusakan, kadangkala dalam tidurnya menjerit-jerit, menangis dan tersiksa dengan berbagai keadaan yang menakutkan dan pukulan-pukulan yang diterima ruhnya. Kadangkala peristiwa itu meninggalkan bekas pada tubuhnya. Orang yang bertakwa dalam hidupnya, tertawa bahagia  menyaksikan berbagai cahaya, kebaikan, kebahagiaan dan kesenangan yang diterimanya.  Semua ini merupakan dalil yang sangat jelas bagi orang-orang yang mau memahaminya.
Ruh tinggal di alam barzakh dalam kenikmatan atau siksaan. Sedangkan jasad hancur, dan yang tersisa hanya tulang ekor. Ketika Allah berkehendak untuk membangkitkan ruh-ruh itu, Dia curahkan air dari laut kehidupan di langit sehingga basahlah tanah pekuburan. Kemudian dari tulang ekor yang terkena curahan air tadi akan menumbuhkan menjadi jasad, daging, otot dan tulang. Setelah itu kubur terbelah, sangkakala ditiup, arwah terbang menuju jasadnya masing-masing, lalu memasuki tubuh lewat hidung. Semua itu mudah bagi Allah, sebagaimana firmanNya :
مَا خَلَقَكُمْ وَلأَ بَعْثُكُمْ اِلأَّ كَنَفْسٍ وَّاحِدِ
“Tidaklah Allah menciptakan dan membangkitkan kalian (dari dalam kubur) itu melainkan hanyalah seperti (menciptakan dan membangkitkan) satu jiwa saja” (QS Luqman : 28)

Kamis, 10 Maret 2011

Surat al Waqi’ah dan Rezeki


Aku bertanya tentang orang yang membaca surat Al-Waqi'ah dengan niat untuk mempermudah datangnya rezeki. Beliau Habib Hasan bin Shaleh al Jufri menjawab, "Jika pendorongnya  hanyalah untuk mendapatkan rezeki dengan mudah tanpa disertai niat untuk mendekatkan diri kepada Ailah subhanahu wata’ala maka rezekinya justru akan tersendat-sendat, bahkan akan menjadi lebih parah. Sebab, ia telah beradab buruk kepada Tuhan. Namun, jika ia membaca surat itu dengan niat untuk mendekatkan diri kepada Allah, merenungkan maknanya, dan dia juga menyadari bahwa rezeki yang akan diperolehnya itu berkat kemurahan Allah, bukan karena amal dan bacaannya, maka rezeki akan datang kepadanya dengan mudah." 

Rabu, 09 Maret 2011

Perumpamaan Iman


Sesungguhnya iman itu ibarat lentera, dimana lentera membutuhkan minyak untuk menghidupkan cahayanya. Demikian juga iman membutuhkan ibadah untuk menghidupkan cahanya. Allah berfirman :
وَاتَّقُوااللهَ وَيُعَلِّمُكُمُ اللهُ
“Dan bertakwalan kepada Allah, dan Allah akan mengajar kalian” (QS Al Baqarah : 282)
Lentera itu perlu dijaga dan dilindungi dari segala sesuatu yang dapat memadamkannya, seperti terpaan angin dan badai. Angin dan badai itu adalah pemisalan dari maksiat.
Al Qur’anul Karim adalah sumber semua ilmu dan rahasia (asror). Untuk memperoleh ilmu dan rahasia Qur’an itu manusia harus menerimanya dengan shidq, menyimaknya dengan seksama dan mencurahkan segenap perhatiannya.

Selasa, 08 Maret 2011

Dzikir Ma'iyyah serta Sikap Shidq dan Ikhlas

Syeikh al Fadhil Hasan bin Syeikh Abdurrahman Baras meminta wasiat kepadaku. Semoga Allah menjadikannya sebagai orang yang mendirikan bangunan takwanya dengan fondasi yang kuat, serta menjaga lahir dan batinnya dari waswas (bisikan) al khonnas (syetan yang bersembunyi), menyucikannya dari segala noda sebagaimana Ia telah menyucikan para waliNyadan mencurahkan ke dalam hatinya air kehidupan sehingga hiduplah seluruh indranya. 
Kuwasiatkan kepadamu dan kepada diriku untuk bertakwa dengan sungguh-sungguh kepada Allah, karena takwa dapat memberimu kebaikan di dunia dan akhirat. Cara mewujudkan takwa adalah dengan menjaga sir agar selalu bersama dengan Allah, yakni dengan cara mengamalkan ilmu dengan penuh semangat, mengatasi semua rintangan yang dapat memalingkan kamu dari kebahagiaan abadi, dan dengan selalu mengucapkan dzikir berikut dengan hati dan lisan :
اللهُ مَعِى اللهُ شَاهِدِي اللهُ قَرِيْبٌ مِّنِّيْ
Allah bersamaku, Allah menyaksikanku, Allah dekat dariku.
Jika dzikir ini kamu amalkan dengan tekun, maka hatimu akan memperoleh cahaya yang akan menghapuskan kegelapan, mendatangkan kebahagiaan dan menunjukkan jalan. Tanda-tanda kebenaran akan tampak jelas bagimu. Setelah itu berusahalah agar cahaya itu bersemayam dalam hatimu. Caranya, dengan meninggalkan semua yang dilarang dan selalu mengucapkan dzikir tersebut dengan lisan dan hati, atau hanya dalam hati saja. 
Hendaklah kamu membaca dzikir ini dalam keadaan sendiri, menjauhkan diri dari semua hal yang dapat mengganggumu, atau menghindari majelis-majelis yang didalamnya dibicarakan  hal-hal yang tidak bermanfaat, sebab dzikir yang dikerjakan dalam keadaan sendiri (khalwat) lebih berkesan.
Jika kamu diuji untuk menghadiri majelis-majelis yang tidak bermanfaat, maka jangan sampai kamu meninggalkan dzikir tersebut. Usahakan agar cahaya dzikir itu menjalar ke seluruh indramu, dan perasaan hudhur (bersama) Allah menguasai hatimu. Nanti kamu akan merasakan manisnya pengabdian, hatimu akan memercikkan hikmah, dan kaca (zujaj) hatimu akan memantulkan kecerdasan sehingga kamu dapat menyampaikan kepada teman-temanmu ilmu yang masih segar dan hangat.
Wahain saudaraku, jika kamu ingin dipanggil orang besar di kerajaan langit dan bumi, lalu dimasukkan kedalaam kelompok yang tinggi, yakni kelompok para nabi, shiddiqin dan para malaikat yang suci, serta ingin agar hatimu hidup dan selalu dalam kebahagiaan, maka tekunilah dzikir ini.  
Ketahuilah, himmah adalah wadah taufik. Kendarailah kuda himmah, niscaya kamu akan mencapai puncak cita-citamu. Mintalah pertolongan Allah dalam setiap langkahmu, maju ataupun mundur, niscaya tidak akan sia-sia jerih payahmu dan akan tercapai cita-citamu.
Lazimkan sikap shidq dan ikhlas, karena keduanya harus dimiliki oleh orang yang menginginkan keberhasilan dan keuntungan dalam perdagangannya. Usahakan agar sikap shidq dan ikhlas dapat kokoh bersemi dalam hati dan tidak ternodai, sebab keduanya adalah fondasi jalan ini  dan kendaraan menuju tanda-tanda kebenaran (mu'allimut tahqiq) Tanpa shidq dan ikhlas, maka usahamu akan sia-sia dan harapanmu tidak akan terlaksana. sesungguhnya usaha perbaikan di tahap awal merupakan tanda keberhasilan di tahap akhir.
"Kami memohon kepada Allah agar Ia mengaruniakan kepada kami sikap shidq dan ikhlas, serta membuat kami selalu dapat bersikap dengan keduanya sampai ajal menjemput kami, sampai kami bertemu denganNya dan Ia ridho kepada kami dan kepada orang-orang yang kami cintai, saudara-saudara kami dan orang-orang yang mencintai kami. Karena sesungguhnya Ia Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Semoga shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada Sayyidina Muhammad, keluarga dan para sahabatnya. Amin.............

Pertama Pendengaran, Kemudian.......

Habib Abdurrahman bin Ali bin Umar Asseggaf bertanya tentang makna ucapan, "Pertama pendengaran (sama') kemudian ilmu ('ilm), kemudian pemahaman (fahm), kemudian proses merrasakan (dzauq), kemudian hal dan kemudian maqom.
Habib Hasan bin Shaleh al Jufri berkata, "Sesungguhnya jika orang mendengarkan wahyu Allah dan sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, maka ia akan memperoleh ilmu, Ilmu akan melekat menjadi pemahaman. Kedatangan pemahaman ini akan disertai pula dengan perasaan senang, takut atau haibah. Perasaan inilah yang disebut dzauq (cita rasa). Dzauq akan mendorong orang untuk beramal sesuai dengan tinggi rendahnya keinginan  (roghbah) atau kuat lemahnya perasaan takut (rohbah). Pada mulanya amal ini disebut hal, kemudian jika sudah benar-benar melekat disebut maqom.